Apa lagi yang bisa kami ceritakan padamu tuan
tenggorokan kami telah serak oleh teriakan-teriakan tak bersuara
semestinya menggema sampai ke relung hati mereka-mereka
yang dulu juga seperti kami
berkoar lantang dalam barisan depan
demi sebuah keadilan
sementara langit kota masih tetap merah dalam pucuk remang
Tuan-tuan sekarang bisa tidur nyenyak dalam dekapan malam
usai menyanyikan himne perjuangan tadi pagi
tapi lagu itu belum selesai tuan
bangunlah!
lihatlah di jalan-jalan masih hitam oleh perih anak-anak negeri
yang telah dijadikan tumbal untuk sebuah kebenaran semu
pergilah juga ke gubuk-gubuk di pinggir kota
di sana ada tangis jelata
yang mengharapkan sesuap keadilan
Mana, di mana yel-yel yang pernah tuan teriakan dulu
tentang mentari yang tersenyum esok
sedangkan yang kami dapati kini hanyalah muram
oleh asap-asap penindasan yang mengepul
menghitamkan langit kami
Jika tuan masih tak mendengar keluh kami
bagaimana kami bisa meninabobokkan belia
untuk menjemput mimpi-mimpi cemerlang esok hari
apakah karena tuan juga mengharapkan kami
untuk terus merekayasa janji-janji
untuk kami suguhkan pada anak-anak kami
jika kelak mereka menanyakan arti sebuah keadilan
yakusa
BalasHapus