Minggu, 12 April 2015

Degradasi Mahasiswa Dalam Menyikapi Persoalan Masyarakat




“ Panglima besar Jenderal Sudirman dengan geriliyanya dapat mengusir Belanda di umur ±23 tahun”

Melihat kondisi hari ini banyak perubahan tingkah laku yang tidak sesuai dengan sebutan “Mahasiswa is Agent of Change”, ”Agent of Socia and Agent of controll”. Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun hal ini menimbulkan perubahan yang drastis.
Ingatkah pada tahun 1965-1969, keterlibatan mahasiswa dalam mendukung membubarkan PKI adalah hal yang nyata dalam sejarah Indonesia, khususnya kepada TNI yang bergandengan tangan bersama mahasiswa agar para komunis tidak menyebar sampai pelosok Nusantara.
Kondisi Mahasiswa juga pada tanggal 11 maret 1998 yang melanda Negara Kesatuan Republik Indonesia sangat progresif. Bahkan mahasiswa Universitas Trisakti yang menjadi korban penembakan pada saat itu sampai hari ini belum juga terungkap jelas siapa dalang atas perintah penembakan tersebut. Malu rasanya melihat mahasiswa sekarang tidak dihargai oleh kalangan masyarakat, namun sebagaian diantaranya masih meyakini perubahan negara ini terletak pada idealisme mahasiswa itu sendiri.
Kita lihat permasalahan hari ini , berbagai macam kasus negara ini alami hanya sebagian dari mahasiswa yang tanggap dalam permasalahan ini, selebihnya hedonis, euforia dan kegiatan fasik lainnya yang menimbulkan pola pikir berbeda dengan kehancuran bumi pertiwi ini. Dalam masalah akademisi memang kita dituntut untuk menyelesaikan perkuliahan. Namun, daripada itu ada amanat yang tidak tertulis dalam diri mahasiswa Agent of Change, Control, and Social.
Begitu banyak kasus di tanah surga ini, baik dari segi hukum maupun ekonomi dan lain-lain.Maka jalan satu-satunya Masyarakat dipaksakan mandiri dalam menyikapi permasalahan dinegeri ini,Pertanyaannya Apakah Mahasiswa dapat kita katakan Agent of Change, Control, and Social.
Begitu juga pendapat dosen yang menyatakan bahwa mahasiswa ketika aksi turun ke jalan dibayar oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Mengapa hal itu bisa terjadi. Bayangkan dalam aksi dukungan, pernyataan sikap, solidaritas demi kemashlahatan umat hanya beberapa mahasiswa yang berpartisipasi dalam hal itu. Selebihnya hanya alasan.... Akademisi memang diprioritaskan daripada aksi-aksi yang tidak berguna menurut mereka. Data April 2011 dari Kementrian Tenaga Kerja ada ±250 ribu tamatan sarjana yang belum mendapatkan pekerjaan. Ingat, akademisi tidak seutuhnya menjadikan suatu harapan, namun harus dilihat kembali kemampuan atau skill yang harus diperdalam.
Terakhir mari kita berjihad dengan pemikiran dan merubah pola pikir yang mebudaya tanpa kita sadari .Karena dengan berkeyakinan Majunya Negara ini hingga kita rasakan saat ini karena jerih payah Mahasiswa,TNI dan Pahlawan Negara yang rela mengorbakan nyawa serta darah juang yang membara demi Tanah Air Beta.

3 komentar: